Friday, April 10, 2015

Songket Al-Fatihah

- Songket Lampung biasa dikenal juga dengan kain tapis
- Kain tapis adalah kain tenun khas Lampung
- Motifnya dibuat dari benang emas pelintir kualitas terbaik
- Motifnya dikerjakan dengan metode sulam
- Ukuran panjang = 100 cm dan lebar = 60 cm
- Khusus untuk hiasan dinding
- Harga Rp 750.000,-


Motif Al-Fatihah

Songket Kapal Naga

- Songket Lampung biasa dikenal juga dengan kain tapis
- Kain tapis adalah kain tenun khas Lampung
- Motifnya dibuat dari benang emas pelintir kualitas terbaik
- Motifnya dikerjakan dengan metode sulam
- Ukuran panjang = 100 cm dan lebar = 60 cm
- Khusus untuk hiasan dinding
- Harga Rp 800.000,-


Motif Kapal Naga

Songket Kapal (Standar)

- Songket Lampung biasa dikenal juga dengan kain tapis
- Kain tapis adalah kain tenun khas Lampung
- Motifnya dibuat dari benang emas pelintir kualitas terbaik
- Motifnya dikerjakan dengan metode sulam
- Ukuran panjang = 100 cm dan lebar = 60 cm
- Khusus untuk hiasan dinding
- Harga Rp 550.000,-



Songket Ayat Kursi Full Benang Emas

- Songket Lampung biasa dikenal juga dengan kain tapis
- Kain tapis adalah kain tenun khas Lampung
- Motifnya dibuat dari benang emas pelintir kualitas terbaik
- Motifnya dikerjakan dengan metode sulam
- Ukuran panjang = 100 cm dan lebar = 60 cm
- 90% kain dasar dihias motif benang emas
- Khusus untuk hiasan dinding
- Harga Rp 750.000,-


Motif Ayat Kursi Full Benang Emas

Songket Ayat Kursi Sulam

- Songket Lampung biasa dikenal juga dengan kain tapis
- Kain tapis adalah kain tenun khas Lampung
- Motifnya dibuat dari benang emas pelintir kualitas terbaik
- Motifnya dikerjakan dengan metode sulam
- Ukuran panjang = 100 cm dan lebar = 60 cm
- Khusus untuk hiasan dinding
- Harga Rp 550.000,-


Motif Ayat Kursi Sulam

Songket Ayat Kursi Bordir

- Songket Lampung biasa dikenal juga dengan kain tapis
- Kain tapis adalah kain tenun khas Lampung
- Motifnya dibuat dari benang emas pelintir kualitas terbaik
- Motifnya dikerjakan dengan metode bordir
- Ukuran panjang = 100 cm dan lebar = 60 cm
- Khusus untuk hiasan dinding
- Harga Rp 200.000,-


Motif Ayat Kursi

Mengenal Tariq Ramadhan

Seorang tokoh muda yang penuh semangat, Prof. Dr. Tariq Ramadhan. Namanya disebut di majalah Time sebagai salah satu dari 100 inovator yang paling penting di abad 21. Mewakili generasi baru reformis Islam, ia mendukung eksplorasi dan penerapan tradisi Islam dan nilai-nilai dalam konteks plularistik modern, menyerukan para muslim di dunia Barat agar merangkul budaya Barat daripada menolaknya.

Lahir pada 26 Agustus 1962 di Geneva, Switzerland. Ayahnya, Said Ramadhan merupakan tokoh terkemuka Ikhwanul Muslimin yang diungsikan oleh Gamal Abdul Naser dari Mesir ke Switzerland. Ibunya, Wafa Al-Banna adalah anak tertua dari Hassan Al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin.

Akademisi Swiss dan penulis ini menempuh pendidikan tingkat master pada Philosophy and French Literature dan memegang Ph.D di Arabic and Islamic Studies dari Universitas Geneva. Ia adalah seorang professor filsafat di College of Geneva dan Professor Studi Islam di Universitas Fribourg.
Tariq Ramadhan pernah mengajar di College de Saussure, sebuah sekolah tinggi di Jenewa, Swiss dan menjadi dosen mata kuliah Agama dan Filsafat di Universitas Fribourg pada tahun 1996-2003. Pada bulan Oktober 2005, ia mulai mengajar di College St Anthony di Universitas Oxford.

Ramadhan telah menulis lebih dari dua puluh buku yang mengeksplorasi isu-isu sulit sebagai interpretasi dan reformasi di dalam Islam itu sendiri dan antara dunia Islam dan umat lainnya di seluruh dunia. Bukunya meliputi Western Muslims and the Future of Islam, To be a European Muslim, dan Jihad, Violence, War, And Peace in Islam. Selain itu, ia juga menjadi contributor artikel diberbagai buku, tinjauan akademis, dan majalah dengan total lebih dari 700 artikel.

Ia mengatakan bahwa seorang muslim harus terlibat dalam arus utama pembangunan dan menahan diri dari berbagai pembicaraan mengenai diri mereka yang saat ini dianggap minoritas, karena sesungguhnya umat Islam di Amerika bukan minoritas. Jika dikalkulasikan antara protestan dan katholik, jumlah umat Islam di Amerika hampir menyamai jumlah umat katholik dan mengalahkan jumlah jamaah protestan. Tetapi kaum atheis lebih besar jumlahnya.

Tariq Ramadhan berpendapat bahwa umat Islam di Amerika harus ikut berbagi tanggung jawab, sebagaimana warga Amerika pada umumnya. Sudah seharusnya umat Islam di Amerika memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengubah masyarakat Amerika agar bisa lebih baik lagi, sebagaimana fitrah seorang muslim untuk selalu menjadi dai dalam kebaikan.

Ramadhan juga menjadi ahli dalam beberapa komisi terkait Parlemen Brussels dan sebagai anggota beberapa partai pekerja yang khusus menangani Islam di dunia dan benua, seperti Deutsches Orient Institute, British Council, Vienna Peace Summit, The Parliament of the World’s Religions 2004 di Barcelona dan Laicite et Islam komisi dewan Ilmuwan Prancis.

Ramadhan mendirikan Movement des Muslmans Suisses (pergerakan muslim swiss), yang melibatkan berbagai seminar lintas agama. Ia menjadi penasehat Uni Eropa mengenai isu-isu agama yang senantiasa dicari nasihatnya pada komisi Islam dan Sekularisme Uni Eropa.

Pada September 2005, ia diundang untuk bergabung dengan gugus tugas oleh pemerintah Inggris. Ia juga menjadi presiden dari Jaringan Euro-Muslim yang berbasis di Brussel.

Sumber:

Jurnal Halal No. 94 Maret-April Th. SV 2012

Biografi Ibnu Sina

Sejak zaman dulu, telah banyak tokoh Islam yang berprestasi dan menjadi tokoh dunia. Salah satunya adalah Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina alias Ibnu Sina yang terkenal dengan kemampuannya menguasai berbagai bidang disiplin ilmu.

Di kalangan masyarakat Barat, ia dikenal dengan nama Avicienna. Selain sebagai ahli kedokteran, Ibnu Sina juga dikenal sebagai filosof, psikolog, pujangga, pendidik, dan sarjana muslim yang hebat.
Ibnu Sina lahir pada bulan Shafar 370 H atau Agustus 985 M. Keluarga Ibnu Sina kebanyakan bekerja dengan mengabdi pada negara. Ayahnya bekerja dipemerintahan, selain itu juga sebagai pendidik.

Ibnu Sina lahir di keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Sejak kecil sang ayah mengajarinya untuk cinta ilmu. Oleh sang ayah, Ibnu Sina diajari Qur’an dan sastra. Seorang guru pun didatangkan khusus untuk mengajari Ibnu Sina menghafal Al-Qur’an. Di usia 10 tahun Ibnu Sina telah berhasil menghafal isi Al-Qur’an dan mendalami berbagai karya sastra.

Ibnu Sina belajar filsafat dari Abu Abdillah An-Natili, seorang filosof kenamaan yang kebetulan sedang berkunjung ke Bukhara. Beliau diminta ayah Ibnu Sina tinggal di kediamannya untuk mengajarkan filsafat pada anaknya. Dalam waktu yang singkat Ibnu Sina berhasil menguasai filsafat sehingga membuat kagum gurunya.

Tetapi sebelum itu, Ibnu Sina sudah tekun mempelajari ilmu fikih dari seorang ulama besar bernama Ismail yang tinggal di luar kota Bukhara. Dengan semangat yang tinggi, Ibnu Sina tidak keberatan harus bolak-balik ke rumah gurunya. Kecerdasan Ibnu Sina semakin terlihat saat beliau berusia 16 tahun. Ia sudah sanggup menerangkan kembali pada gurunya isi dari buku Isagoge (ilmu logika), buku al-mages (ilmu astronomi kuno) dan buku ecludis (ilmu arsitektur).

Beliau benar-benar murid yang cerdas. Di depan guru-gurunya, ia dapat menerangkan rumus-rumus dan berbagai kesulitan yang terdapat dalam buku-buku tersebut. Bahkan konon dalam ilmu astronomi, beliau sudah sanggup menciptakan sebuah alat yang belum pernah dibuat para ahli sebelumnya.

Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina pun merasa tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran sehingga dalam waktu singkat ia meraih hasil yang luar biasa. Berkat ketekunan dan semangatnya yang tinggi dalam mempelajari ilmu tersebut, Ibnu Sina sanggup mengobati orang-orang yang sakit.

Semakin lama Ibnu Sina semakin terkenal, bukan saja disekitar Bukhara melainkan juga diberbagai pelosok wilayah. Orang-orang yang tertarik di bidang kedokteran mulai mendatangi Ibnu SIna untuk menimba ilmu darinya. Mereka juga mengadakan ekspreimen-eksperimen mengenai berbagai cara pengobatan di bawah pengawasan dan bimbingan Ibnu Sina.

Tetapi Ibnu Sina tidak mau menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencari kekayaan dunia. Ia mau mengajar dan menolong orang-orang sakit dengan ikhlas.

Konon suatu hari Amir Nuh bin Nasr menderita sakit keras. Mendengar kehebatan Ibnu Sina, ia diminta datang untuk mengobatinya. Setelah diobati, ia sembuh. Bukan main gembira hatinya. Dan sejak itulah Ibnu Sina akrab dengan sang Amir yang ternyata memiliki perpustakaan yang sangat lengkap di daerah itu. Ibnu Sina memanfaatkan perpustakaan itu untuk membaca buku-buku kuno dalam berbagai bidang ilmu. Dari perpustakaan Amir Nuh bin Nasr ini, Ibnu Sina berhasil mendapatkan banyak ilmu pengetahuan untuk bahan-bahan penemuan. Dan ketika berusia 18 tahun, Ibnu Sina sudah menguasai berbagai bidang ilmu.

Karya Tulis Ibnu Sina

Di antara tulisan Ibnu Sina yang terkenal adalah Al-Qanun (kedokteran), Al-Syifa, Al-Isyarat (filsafat), dan As-Siyasah (pendidikan). Bahkan Al-Qanun dijadikan sebagai salah satu literature utama ilmu kedokteran pada sejumlah universitas Eropa hingga abad 18. Ibnu Sina juga menemukan obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi kesehatan umat manusia. Bahkan ia adalah seorang dokter yang pertama kali melakukan penyuntikan dibawah kulit pasien dan menggunakan cara pembiusan untuk mengobati luka.

Apa yang dilakukan Ibnu Sina tersebut jauh lebih maju daripada yang terjadi di negara-negara Eropa saat itu yang masih menganut tahayul dan sihir dalam mengobati berbagai penyakit. Yang terjadi di Eropa saat itu adalah zaman kegelapan. Apabila ada seseorang yang sakit, ia disalib pada sebuah pohon. Kemudian tabib atau dukun memukulinya dengan kejam sampai setan atau roh halus keluar dari tubuh orang tersebut. Menurut mereka, setan dan roh halus itulah sumber penyakitnya.

Hari-Hari Terakhir Ibnu Sina

Pada hari-hari terakhirnya, Ibnu Sina mandi, bermunajat mendekatkan diri pada Allah, menyumbangkan hartanya untuk fakir-miskin, membela orang-orang yang tertindas, menolong orang yang lemah, memerdekakan budak, dan tekun membaca Al-Qur’an.

Semua itu terus ia lakukan hingga ajal menjemput. Beliau wafat di Hamadzan pada hari Jum’at di bulan Ramadhan 428 H dalam usia 58 tahun. Jenazahnya dimakamkan di kota tersebut dan hingga sekarang masih ramai dikunjungi orang dari berbagai belahan dunia.

Sumber:

Jurnal Halal No. 109 September-Oktober Th. XVII 2014